Rapor Anak Merah, Ini Yang Harus Dilakukan
Rabu, 6 Juni 2018
Sudah menjadi rahasia umum, setiap pengambilan rapor bukan hanya anak saja yang deg-degan, namun juga orang tua. Nilai-nilai rapor anak yang jelek terkadang bisa membuat kita baper: apakah saya gagal menjadi orang tua, apakah karena saya kurang perhatian?
Munculnya rasa kecewa wajar saja, Moms, namun harap tak perlu berlebihan. Nilai rapor yang jelek bukan menunjukkan bahwa Good Kids anak yang buruk, dan tentu ini bukan berarti Moms gagal menjadi orang tua.
Ini hanya sekadar nilai akademis. Akan lebih bijak, bila kita melihat nilai yang jelek sebagai area potensi anak yang perlu dikembangkan. Jadi, apa yang perlu dilakukan saat nilai rapor anak jelek? Berikut tips-nya:
1. Tetap beri pujian.
Meski nilai-nilai jelek dalam rapor anak akan mengganggu “pemandangan”, cobalah fokus terlebih dulu pada nilai-nilai rapornya yang baik. Beri ia pujian karena Pendidikan Jasmaninya mendapat 80, misalnya, dan ia juga mendapat nilai A untuk kehadiran dan sikapnya yang santun. Kemudian barulah kita fokus pada bidang perbaikan, misal, nilai matematika, IPA, atau IPS-nya. Yakinkan anak bahwa nilai-nilai itu dapat diperbaiki dengan strategi belajar yang tepat. Pujian yang tepat bisa membuat anak tetap percaya diri dan tidak jadi down karena nilai-nilai rapornya itu, Moms!
2. Diskusikan masalahnya.
Ajukan pertanyaan seperti: "Menurut Kakak, kenapa nilai matematika Kakak jelek? Kemungkinan ia akan mengungkap masalahnya. Kalau terkait dengan PR-nya yang tidak lengkap, mungkin perlu dibuat jadwal belajar yang rutin dan terstruktur. Namun jangan lupa, saat membuat jadwal harian anak, Good Kids tetap membutuhkan waktu istirahat. Jadi jadwalkan kegiatan bermain, menonton teve, mengobrol, dsb, baru kemudian mengerjakan pekerjaan rumah.
3. Cari cara belajar yang menyenangkan.
Jika rapor Good Kids buruk dalam nilai matematika, banyak permainan komputer berbasis pembelajaran yang bisa membuat ia lebih betah belajar. Bila ia bukan tipe penghafal sejarah, beri ia buku cerita yang menarik tentang para pahlawan atau cari tontonan terkait sejarah di channel National Geographic, YouTube, dsb. Intinya, ciptakan cara pembelajaran yang kira-kira bisa membuat anak tertarik. Moms juga bisa coba mengusulkan belajar kelompok bersama teman-temannya. Pasti seru dan menyenangkan!
4. Pikirkan perbaikan, bukan kesempurnaan.
Setiap anak memiliki kelemahan dan kekuatan. Bila ia lemah di matematika, ia bisa saja unggul dalam musik, seni, atau atletik. Ini artinya, tak perlu memaksa anak mendapat nilai 100 di bidang yang memang tidak terlalu ia kuasai. Yang terpenting adalah ia memiliki kemauan dan keterampilan belajar, serta selalu berpikir kritis dalam memandang suatu masalah. Semua inilah yang akan menjadi bekal yang amat bermanfaat hingga ia dewasa nanti. Untuk menciptakan kondisi belajar yang nyaman bagi anak di rumah, coba baca tips-nya di sini.
5. Temui guru.
Menghubungi guru juga dapat membantu karena kita bisa mendapat informasi tentang bagaimana sikap anak saat belajar di sekolah. Semakin banyak Moms memahami cara belajar Good Kids, semakin besar peluang untuk memberikan ia strategi belajar yang tepat. Bila perlu, tawarkan Good Kids mengikuti les untuk meningkatkan nilainya.
Selamat mencoba!
Penulis: Hanny
Editor: Imelda