Pentingnya Budaya Antre

Selasa, 26 Desember 2017

Di musim liburan seperti saat ini, tempat-tempat wisata, hiburan, dan restoran pasti penuh. Saat inilah kita harus menguji kesabaran diri ketika berada di dalam sebuah antrean panjang.

Namun, entah mengapa orang Indonesia itu selalu paling malas kalau harus antre. Ke dokter antre, ke restoran antre, beli tiket antre, naik pesawat antre, ke toilet pun antre.

Tanpa bermaksud membanding-bandingkan, memang pada kenyataannya orang Indonesia cenderung malas dan susah kalau harus mengantre. Padahal, antre itu adalah potret kehidupan yang bisa kita jumpai di berbagai momen dan di mana pun. Ya, nggak sih?

 

Budaya Antre di Jepang & Inggris

Di Jepang dan Inggris, perilaku antre ini sudah menjadi budaya. Artinya, masyarakat di sana sudah sadar bahwa antre itu adalah bagian dari kesehariannya. Padahal, orang Jepang kan jelas-jelas terkenal suka melakukan sesuatu dengan cepat. Tapi mereka masih mau dan sabar untuk antre, lho!

Di Inggris pun budaya antre juga sudah menjadi norma dalam masyarakatnya. Konon, masyarakat Inggris secara umum akan menyebut orang yang tak suka antre sebagai orang yang antisosial! Akibatnya, orang-orang yang antisosial ini akan dijauhi dan tak disukai oleh lingkungannya. 

Kalau di Indonesia, perilaku antre belum bisa menjadi norma dan budaya di masyarakatnya. Entah mengapa. Paling tidak, kita sebagai orangtua sebaiknya tak hanya mengajari, tapi juga mencontohkan perilaku antre ini kepada anak-anak kita.

 

Banyak Belajar dari Antre

Ada cerita dari seorang sahabat yang sekarang sudah menjadi guru di Negeri Kangguru, Australia. Ia sering sekali mengatakan, “Kita para guru di sekolah tak terlalu khawatir kalau anak-anak didik kita yang usia sekolah dasar ini tak pandai pelajaran Matematika, tapi kita akan jauh lebih khawatir kalau anak-anak tak mau dan tak pandai mengantre.”

Kalau anak-anak harus pandai pelajaran Matematika kita guru-guru hanya perlu melatih mereka selama 3 bulan secara intensif, tapi kalau untuk perilaku antre, kita harus belajar, melatih, dan mengingatkan nilai berharga di balik perilaku antre ini sampai anak-anak itu usia 12 tahun atau lebih.”

Jadi, yang namanya pelajaran antre ini memang harus diperkenalkan sejak dini. Butuh etika dan sikap yang baik agar anak-anak mampu menerapkan perilaku ini di kesehariannya.

 

Psikolog Viera Adella, M Psi mengatakan banyak sekali nilai berharga yang bisa menjadi bekal anak kita di kemudian hari, seperti belajar mengatur waktu (time management); kalau anak ingin berada di barisan paling depan pada antrean, ia harus datang lebih awal.

 

Anak belajar sabar, belajar menghormati hak-hak orang lain yang datang lebih awal, belajar disiplin, teratur, dan rapi. Anak pun akan merasa malu jika menyerobot atau menyelak antrean. Selain itu, ia  akan menjadi kreatif ketika ia merasa bosan di antrean. Belajar sosialisasi, menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrean, belajar hukum sebab akibat (kalau ia datang terlambat, kan dapat giliran belakangan).

 

Anak juga akan belajar bekerjasama dengan orang-orang yang ada di dekatnya dan yang penting, anak-anak jadi belajar jujur pada diri sendiri dan orang lain.

Menurut Della, sebenarnya tidak ada tips khusus untuk mengajarkan tentang antre ini kepada anak. Namun, sebaiknya orangtua harus sering memberi contoh dan memperlihatkan langsung kepada anak-anaknya.

“Biarkan anak bertanya pada Anda, kenapa harus antre. Nah, saat itulah golden opportunity buat kita memberikan pemahaman dan pengertian mengapa antre itu penting dan perlu dilakukan. Simpel, kan?

 

  1. Perlihatkan ke anak kalau kita menginginkan sesuatu harus antre di berbagai tempat dan kesempatan, misalnya di restoran cepat saji, di area permainan mall, di supermarket/minimarket saat belanja, dan lainnya.
     
  2. Kalau si anak bosan atau mulai kelihatan gelisah, beri dia sesuatu yang disukainya, misalnya permen, es krim, cemilan-cemilan kecil
     
  3. Bisa juga ajak anak bermain permainan kecil yang bisa dilakukan di tempat, seperti misalnya tebak-tebakan, teka-teki, permainan tangan, dan sebagainya.
     
  4. Kalau sudah mati gaya, berikan mainan favoritnya, seperti game di gadgetnya atau nonton video online.

 

Antre, yuk!

Editor: piens23