Adakah Berbohong Demi Kebaikan? Begini Cara Menjelaskannya Kepada Anak

Minggu, 23 Juni 2019

Mungkin Ibu pernah mengalami kejadian ini: anak ditanya oleh sang tante tentang baju yang baru dibeli, lalu dengan enteng dia menjawab “Jelek banget Tante, norak!”. Waduh…! Tenang Bu, tak perlu langsung menyalahkan anak. Ingat kan, kita memang sudah menanamkan sejak lama bahwa anak jujur adalah anak baik, jadi anak harus selalu menjawab dengan jujur ??ketika ditanya.  Nah, ini hasilnya. 

            

Prinsipnya memang daripada bohong mending jujur, tapi bagaimana cara menyampaikannya tanpa menyakiti orang lain. Nah, pada kasus-kasus seperti di atas sebenarnya ada yang dikenal dengan “kebohongan putih” alias berbohong demi kebaikan.  Namun tentu ini perlu penjelasan detail agar enggak bikin anak bingung. Misalnya, kebohongan ini hanya sebatas untuk sopan santun serta perlu disertai penjelasan. (Baca juga: Begini Caranya Mengatasi Anak yang Suka Berbohong)

            

Masih bingung? Tips ini semoga bisa membantu Ibu menjelaskan pada anak tentang berbohong demi kebaikan ini:

 

1. Jelaskan berbohong demi kebaikan terkadang perlu

Kadang-kadang kebohongan kecil dapat dibenarkan saat dirancang untuk menghindari melukai hati orang lain. Minta anak memikirkan suatu situasi tentang dirinya. Contoh, saat rambutnya salah potong. Ajak dia membayangkan ketika ada temannya berkomentar kalau rambutnya culun dan jelek banget, padahal waktu itu suasana sedang ramai. Rasa malu yang dia rasakan adalah apa yang orang lain rasakan ketika ada pernyataan yang terkadang terlalu jujur?. Kebohongan putih akan membantu kita menghindari situasi “tidak nyaman” semacam itu.

 

2. Tegaskan kriterianya

Ketika anak masih bingung dalam mempraktekkan “kebohongan putih”, Ibu perlu memberikan banyak contoh. Jelaskan bahwa secara umum, “kebohongan putih” digunakan untuk membuat pujian demi menghibur orang lain. Misal, neneknya sudah membuat masakan untuk Anak Baik. Ketika ditanya tentang rasa masakan itu, jawaban “enak” tentu akan membuat sang nenek merasa bahagia, meski sebenarnya Anak Baik tidak terlalu suka. Namun dia bisa menambahkan penjelasan, seperti: “Enak Nek, tapi daripada sayur lodeh, aku lebih suka sayur asem buatan Nenek.”

 

3. Tingkatkan kepekaannya

Sarankan anak untuk selalu memikirkan apakah  komentarnyayang terlalu jujur dapat membuat orang lain kesal, marah, atau sedih. Bila “ya”,  ia sebaiknyatetap diam atau katakan sesuatu yang positif dalam bentuk kebohongan putih. Contoh, sewaktu adiknya pamer keahlian bermain piano, terkadang akan ada dentingan yang kurang pas. Komentar “Ah, jelek banget!” tentu akan meruntuhkan kepercayaan diri sang adik. Sebaliknya sanjungan (meski sedikit berbohong) akan membuatsaudaranya itulebih bersemangat untuk berlatih. “Sudah bagus, Dik, dibanding kemarin, tapi latihan terus yaaa biar tambah oke!”

            

Tekankan pada Anak Baik, prinsipnya memang lebih baik jujur daripada bohong, tapi dia perlu mencaricara menyampaikankejujuran itu, tanpa menyakiti orang lain.  Selamat mencoba!

 

Referensi:www.youngparents.com

Penulis: Hanny

Editor: admin