3 Kesalahan Orang tua yang Bikin Anak Malas Komunikasi

Minggu, 3 Maret 2019

Banyak orang tua mengeluh praremajanya begitu tertutup dan malas berkomunikasi dengan mereka. Yang mungkin tidak disadari, jangan-jangan penyebabnya ada pada diri kita sendiri. Berikut adalah 3 kesalahan orang tua yang bikin anak malas berkomunikasi, dan bagaimana cara mengurangi kesalahan tersebut.

 

Kesalahan #1: Lebih banyak bicara daripada mendengarkan 

Ada pepatah, kita diberi dua telinga dan satu mulut agar lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Tapi terkadang orang tua lebih banyak bicara (meski maksudnya memberi nasihat) ketimbang mendengarkan anak-anak mereka. Ini membuat praremaja yang awalnya ingin sharing cerita, frustrasi karena kurangnya kesempatan untuk didengarkan. Ironisnya,orang tua pada akhirnya juga merasa frustrasi lantaran menganggap anaknya begitu tertutup. 

Solusi:

Dengarkan dengan cermat cerita buah hati dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermanfaat.  Dengan menyimak, Ibu dapat merespons ceritanya dengan tepatdan memberinya berbagai pendapat jika diperlukan. Meski tampak sudah lebih mandiri, si praremaja masih membutuhkan bimbingan dari orang tua. 

 

Kesalahan #2: Memakai kalimat negatif

Contohnya,orang tua lebih sering memberi instruksi dengan kalimat: "jangan", "berhenti", "tidak pernah", dan "tidak". “Jangan lupa belajar!” “Berhenti main terus deh!” atau “Kamu tuh enggak pernah bantu Ibu.” Bagi si praremaja Instruksi seperti itu akan dianggap sebagai omelan dan mencap orang tuanya sebagai sosok otoriter. 

Solusi:

Usahakan memperbanyak memuji daripada mengkritik mereka. Anak praremajabiasanya sangat menyadari kekurangan sendiri, namun kurang mampu melihat kelebihan mereka. “Siapa bilang Kakak bodoh, kemarin kan Kakak juara lomba gambar!” Jika orang tua dapat memandang hal-hal positif dari anak dan memberi mereka dorongan yang tulus, Anak Baik akan menganggapnya sebagai sebuah hadiah besar dan akan lebih terbuka pada Ibu.

 

Kesalahan #3: Menganggap enteng Masalah

Apa yang tampak masalah besar bagi anak berusia belasan tahun akan tampak enteng bagi orang tua yang sudah makan banyak asam garam kehidupan. Cara pandang inilah yang membuat si praremaja menganggap orang tua tidak menganggap penting masalah mereka dan akhirnya malas bercerita.

Solusi:

Cobalah memahami masalah dari sudut pandang anak. Ajak anak berdiskusi untuk memecahkan masalahnya. Tujuan utamanya adalah membantu anak berpikir untuk dirinya sendiri Tanyakan bagaimana rencana anak untuk menyelesaikan masalahnya tersebut. Bila ia merasa buntu, tawarkan beberapa alternatif solusi. Diskusi seperti ini akan membuat si praremaja merasa didengarkan dan dipahami

 

Semoga Anak Baik bisa lebih terbuka sekarang, ya!

 

Penulis: Hanny

Editor: admin

Tags: